Mencintai mempunyai arti yang luas, apakah selalu mengorbankan jiwa
dan raga demi orang yang dicintai dengan menghilangkan akal sehat? Tentu
saja tidak.
Dalam buku ini, cinta memiliki banyak rasa. Cinta ada
saat menikmati kesusahan, kegelisahan dan kesedihan. Jiwa ini seperti
cermin, jika kita diberi rangsangan untuk tersenyum pasti perasaan kita
bahagia. Jika kita ingin bahagia, awali agar hati dan jiwa kita untuk
selalu tersenyum membahagiakan diri sendiri dan orang lain.
Sudah
saatnya kita menaklukkan emosi serta menaklukkan hawa nafsu. Terkadang
kita mencintai seseorang dengan menggantungkan kebahagiaan untuk selalu
bersamanya. Namun di saat dia tidak memberi kesempatan pada kita, itu
menjadi sumber kesengsaraan dan kegelisahan. Kita menderita bukan karena kita ditinggalkan orang yang kita cintai, tapi karena kita salah meletakkan
kebahagiaan cinta itu dalam arti kebersamaan.
Kata ‘menaklukkan’
sangatlah hebat, kita harus mengenali apa yang akan kita taklukkan.
Setelah mengenali, barulah kita paham apa saja yang dibutuhkan dalam
menaklukkan tujuan kita itu. Selain kebutuhan secara jasmani, kebutuhan
spiritual sangat dibutuhkan dalam menapaki perjalanan untuk mencapai
tujuan. Kita boleh saja percaya adanya keajaiban tapi jangan bergantung
pada keajaiban, karena ada yang lebih memegang kendali agar keajaiban itu
terjadi yaitu Allah SWT.
Dengan apa kita menaklukkan dan
menghadapi musuh dunia? Tentu saja dengan cinta. Karena kita belajar apa
itu cinta dari segala sesuatu yang ada di bumi. Dengan cinta di koridor
yang benar, akan kita nikmati perjalanan mencapai cita dan harapan
Ilahi. “Ya Allah letakkanlah dunia dalam genggamanku bukan dalam
hatiku…”
Buku yang membahas perjalanan cinta para pejuang di jalan
Allah yang diharapkan tidak memaknai cinta sekedar nafsu saja tetapi
juga meluapkan cinta atas dasar ibadah kepada Allah. Penyampaian buku
yang sangat menarik dengan dibumbui cerita-cerita Nabi serta sahabatnya
benar-benar menginspirasi bagi pembaca. Selamat membaca!
waaah aku juga pengen bacaaa :)
BalasHapus