Rabu, 09 Mei 2012

PENDIDIKAN Bartaraf Internasional atau BerTARIF Internasional?


  Diera sekarang ini banyak sekali masyarakat mengeluh akibat biaya sekolah anaknya yang rata-rata memakan hampir separuh dari gaji orang tuanya. Bagaimana tidak? Harga buku anak SD saja bisa mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu. Apalagi harga buku untuk siswa-siswa yang ada di SMP dan SMA.
Selain itu, sekarang ini banyak sekolah yang mengubah statusnya menjadi “bertaraf Internasional” yang notabene sangat mempengaruhi biaya pendidikan di sekolah tersebut. Kabarnya, ada SMA di Jawa Timur yang menjual formulir pendaftaran seharga Rp 250.000,00. Seolah olah pihak sekolah tersebut memperdagangkan barang berupa formulir dengan harga yang melambung tinggi hampir menyamai harga formulir perguruan tinggi.
Dengan biaya pendidikan yang super mahal, nyatanya belum tentu sesuai dengan kualitas yang dijanjikan. Pengumuman kelulusan beberapa minggu yang lalu juga sempat membuat masyarakat shock akibat mendengar berita di media mengenai siswa-siswa yang ternyata banyak yang tidak lulus, dengan prosentase kenaikan ± 5%. Selain itu, diimbangi dengan tantangan yang cukup menghebohkan di kalangan siswa, yaitu standart kelulusan yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Lulus atau tidak lulusnya siswa, pasti nantinya akan menimbulkan permasalahan baru. Bagaimana tidak? Jika tidak lulus, para siswa akan mengulang ujian lagi dan yang lebih memprihatinkan adalah siswa yang tidak lulus tersebut mungkin akan menglami stress karena malu terhadap keluarga, teman, dan orang-orang disekelilingnya. Jika lulus, siswa tersebut akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi, kerja, atau menjadi pengangguran. Hal itu tergantung pada kemampuan dalam hal ekonomi dari orang tuanya. Orang tua yang kaya pasti akan menginginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan orang tua yang ekonominya pas-pasan akan menyuruh anaknya untuk membantu meningkatkan perekkonomian keluarga dengan cara langsung bekerja untuk mencari nafkah.
Hal tersebut sangat tidak adil jika dialami oleh anak yang pandai namun perekonomian keluarganya lemah, sehingga dia tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi yang sekarang ini biayanya semakin melambung tinggi, baik itu uang gedung, spp, harga buku, dll. Berbeda dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang perekonomian keluarganya kuat. Mereka mampu membayar berapapun uang gedung yang ditentukan oleh pihak universitas. Mereka juga mampu dalam membeli fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
Seharusnya semua permasalahan tersebut harus ditanggapi secara serius oleh semua kalangan. Karena ini menyangkut dengan permasalahan bangsa juga. Apa jadinya kalau generasi penerus bangsa banyak yang tidak melanjutkan pendidikan hanya karena tidak mampu untuk membiayai anaknya sekolah yang dikarenakan sekolahnya berTARIF Internasional. Bangsa Indonesia akan semakin ketinggalan kalau masih saja meremehkan pendidikan generasi penerusnya. Kita akan ketinggalan dengan majunya perkembangan teknologi yang semakin lama semakin canggih. Itulah sebabnya, kita juga harus menyelaraskan dengan perkembangan ilmu-ilmu yang ada.
Apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk masalah pendidikan di Indonesia? Apa yang sudah kita lakukan? Mualailah dari diri sendiri untuk selalu cinta pada pendidikan. Kita harus mengupayakan bahwa pendidikan yang layak dan berkualitas harus kita peroleh. Walaupun perekkonomian selalu menghimpit, asalkan dengan niat dan terus berusaha InsyaAlloh kita bisa mengejar ketertinggalan ke arah yang lebih baik. Sekolah yang bertaraf Internasional atau tidak, tidak usah terlalu dibedakan kalau nyatanya memiliki output yang sama. Yang paling penting adalah seluruh rakyat Indonesia berpendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar