Kamis, 22 Mei 2014

Tak Sekedar Komitmen !

Pembuatan komitmen adalah proses yang lumrah terjadi dalam hidup kita. Komitmen merupakan hasil dari kesepakatan bersama, yang kemudian menjadi semacam “aturan”. Namun aturan tersebut hanya terbatas pada orang-orang yang terlibat di dalam Rule of the game, only the one who join to the game. Misalnya, seorang Ibu memberikan aturan kepada putrinya agar tidak jajan sembarangan ketika di sekolah, dengan alasan jajan sembarangan banyak mengandung pewarna dan pemanis buatan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Aturan tersebut disepakati oleh putrinya dengan hati yang lapang lagi patuh. Dan, sang ibu pun memberikan alternatif agar putrinya tidak jajan sembarangan, yaitu dengan berjanji membawakan putrinya bekal berupa jajanan yang sehat. Sang ibu dan putrinya telah berkomitmen untuk patuh terhadap aturan tersebut, dan mereka berdua menyepakati bersama.

Namun, ada juga komitmen yang hanya disepakati oleh dirinya sendiri tanpa ada orang lain yang turut serta dalam rule of the game. Semacam sikap yang ditanamkan pada diri sendiri untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, Kilua memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Sehingga ia membuat aturan untuk dirinya sendiri seperti belajar IBT toefl minimal 3 jam per hari, mengurangi agenda bermain, dan rajin mencari informasi tentang universitas yang akan dituju. Nah, sikap-sikap tersebut dia tanamkan dalam dirinya sehingga keputusan yang dia ambil dapat dijalankan dengan mantap dan sepenuh hati.
Setelah komitmen disepakati, maka kita juga harus konsisten dalam menjalankannya. Konsisten (istiqomah) merupakan sikap yang senantiasa menjaga dan menjalankan komitmen yang sudah disepakati dan dipahami,  sampai kapan pun, dimana pun, dalam kondisi apapun, selama komitmen tersebut mengikat pada game yang dimainkan. Jadi semacam teguh pada prinsip yang sudah di canangkan dalam diri seseorang. Misalnya, Kilua sudah berkomitmen untuk belajar minimal 3 jam per hari. Sehingga apa pun yang terjadi dia harus melaksanakan belajar minimal 3 jam per hari dan tidak boleh dilanggar selama tidak ada agenda lain yang urgent dan mendesak.

Memang kedua hal tersebut sangat mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilaksanakan. Sebagai manusia wajar memiliki kelemahan dan kekurangan. Yang TIDAK WAJAR adalah ketika kelemahan dan kekurangan justru menjadi tunggangan dalam pembenaran terhadap pelanggaran.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar