Pembuatan komitmen adalah proses yang lumrah terjadi dalam hidup
kita. Komitmen merupakan hasil dari kesepakatan bersama, yang kemudian menjadi
semacam “aturan”. Namun aturan tersebut hanya terbatas pada orang-orang yang
terlibat di dalam Rule of the game, only the one who join to the game. Misalnya,
seorang Ibu memberikan aturan kepada putrinya agar tidak jajan sembarangan
ketika di sekolah, dengan alasan jajan sembarangan banyak mengandung pewarna
dan pemanis buatan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Aturan tersebut
disepakati oleh putrinya dengan hati yang lapang lagi patuh. Dan, sang ibu pun
memberikan alternatif agar putrinya tidak jajan sembarangan, yaitu dengan berjanji
membawakan putrinya bekal berupa jajanan yang sehat. Sang ibu dan putrinya
telah berkomitmen untuk patuh terhadap aturan tersebut, dan mereka berdua
menyepakati bersama.
Namun, ada juga komitmen yang hanya disepakati oleh dirinya sendiri
tanpa ada orang lain yang turut serta dalam rule of the game. Semacam
sikap yang ditanamkan pada diri sendiri untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya,
Kilua memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Sehingga ia
membuat aturan untuk dirinya sendiri seperti belajar IBT toefl minimal 3 jam
per hari, mengurangi agenda bermain, dan rajin mencari informasi tentang
universitas yang akan dituju. Nah, sikap-sikap tersebut dia tanamkan dalam
dirinya sehingga keputusan yang dia ambil dapat dijalankan dengan mantap dan
sepenuh hati.
Setelah komitmen disepakati, maka kita juga harus konsisten dalam
menjalankannya. Konsisten (istiqomah) merupakan sikap yang senantiasa
menjaga dan menjalankan komitmen yang sudah disepakati dan dipahami, sampai kapan pun, dimana pun, dalam kondisi
apapun, selama komitmen tersebut mengikat pada game yang dimainkan. Jadi
semacam teguh pada prinsip yang sudah di canangkan dalam diri seseorang. Misalnya,
Kilua sudah berkomitmen untuk belajar minimal 3 jam per hari. Sehingga apa pun
yang terjadi dia harus melaksanakan belajar minimal 3 jam per hari dan tidak
boleh dilanggar selama tidak ada agenda lain yang urgent dan mendesak.
Memang kedua hal tersebut sangat mudah diucapkan, tapi sulit untuk
dilaksanakan. Sebagai manusia wajar memiliki kelemahan dan kekurangan. Yang
TIDAK WAJAR adalah ketika kelemahan dan kekurangan justru menjadi tunggangan
dalam pembenaran terhadap pelanggaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar