Pesona Gunung Batok |
Pada kesempatan libur weekend
tanggal 7 September 2013, saya dan teman-teman Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Airlangga (LPPM UA) pergi ke Bromo. Akhirnya
kegiatan yang sudah kami rencanakan satu bulan sebelumnya menjadi kenyataan.
Berangkat dari Surabaya tanggal 7 September 2013 malam. Tepat jam 19.30 WIB
kami berangkat dengan mengendarai ELF yang di nahkodai oleh Bos gank. Perkiraan kami sampai ditujuan
sekitar jam 23.30 WIB. Karena keahlian berkendara yang dimiliki bos gank sangat hebat, maka kami sampai
ditujuan sekitar jam 22.00 WIB. Benar-benar perjalanan yang sangat express, menakjubkan, penuh canda tawa, namun tak lupa
berdoa.
Satu pekan sebelum berangkat
sempat kami – berempat belas – berbeda pendapat mengenai perjalanan menuju
puncak. Ada yang usul naik hardtop,
ada yang usul jalan kaki. Saya yang termasuk mengusulkan naik hardtop, karena memang berdasarkan
cerita teman-teman yang sudah berpengalaman pergi ke Bromo perjalanannya sangatlah
jauh, belasan kilometer. Entah berapa tepatnya saya kurang tahu. Akhirnya,
ketika rapat berlangsung kami memutuskan
untuk jalan kaki. Memang benar juga, yang namanya ke gunung itu ya didaki.
Lebih terasa perjuangannya.
Lautan Pasir Kaldera di area "pasir berbisik" |
Tepat jam 01.00 WIB dinihari, kami mulai berangkat dengan jalan
kaki. Udara dingin yang manusuk tulang tak membuat kami menggigil karenanya.
Dengan penuh semangat kami lakukan perjalanan yang menyenangkan ini. Kabut
bromo yang perlahan turun sempat membuat penglihatan kami kabur. Arah tanda tak
terlihat. Cahaya senter pun tak kuasa menyinari penglihatan kami. Sempat kami
bingung tak tahu arah karena diantara kami tidak ada yang membawa kompas. Ada beberapa pengendara motor yang lalu lalang
menawarkan guide pada kami. Namun
kami menolak. Karena ada dua teman kami – bos gank dan mas Reno – yang memang paham jalan, hanya saja tak
terlihat karena tertutup kabut . Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti
sejenak, menunggu sampai kabut perlahan menghilang baru kami berani melanjutkan
perjalanan. Beberapa langkah kami berjalan, kabut pun turun lagi. Dan kami
berhenti lagi. Satu-satunya tanda yang kami jadikan patokan adalah Gunung Batok,
itu pun tak terlihat karena tertutup kabut. Kami menghentikan perjalanan lagi
sampai kabut menghilang. Lumayan lama juga kami menunggu sampai kabut hilang.
Udara terasa semakin dingin kalo tubuh ini hanya berdiam diri dan tidak
digunakan untuk bergerak. Akhirnya kami sempatkan untuk lari-lari kecil agar
tubuh terasa hangat. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, kabut sejenak
menghilang. Dan Gunung Batok pun kelihatan. Kami bersiap melanjutkan perjalanan
menuju ke arah Gunung Batok itu dengan menyusuri lautan pasir Kaldera.
Jam 03.00 WIB tepat kami tiba di pura yang biasanya digunakan
masyarakat Tengger untuk perayaan Kasodo. Di sana kami istirahat sejenak sambil
menikmati hangatnya api unggun dan kopi
panas yang disediakan oleh penjual di samping pura. Di pagi yang masih gelap
ini, kami juga menyempatkan untuk foto-foto. Kira-kira 30 menit berlalu, kami
melanjutkan perjalanan lagi menyusuri lautan pasir. Entah sudah berapa
kilometer kami berjalan, bunyi nafas ngos-ngosan sudah terdengar lagi. Namun
tidak bagi bos gank dan mas Reno, mereka berdua terlihat biasa saja, tak
tampak seperti orang kelelahan.
Tangga bukit penanjakan menuju kawah |
Hampir Sunrise |
kilau sunrise ^^
Ima dalam perjalanan pulang melewati lautan pasir (lagi) |
Special thanks
to :
bos
gank, mas Reno, mas Adi, mas Dedy, mas Abi, mas Andi, dek Ardi, mbak
Liya, mbak Nanin, mbak Winda, Brina, miss wenda, dan Ifa.
wiii... kita perjalanan selama pas 1,5 jam... PP jalan kaki itu lumayan juga ya.... mengingatkanku pada aktivitas dulu
BalasHapusdulu? pecinta alam mbk?
Hapusyups... pas SMA aku aktif di pecinta alam
Hapus