Pendidikan berkualitas merupakan salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Apabila bangsa tersebut memiliki pendidikan yang rendah atau bahkan tidak berpendidikan maka bisa jadi disebut sebagai bangsa yang tertinggal. Sebagaimana dengan bunyi Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 “ …mencerdaskan kehidupan bangsa…” yang merupakan motivasi bagi kita sebagai warga Negara Indonesia untuk senantiasa menjunjung tinggi pendidikan. Hari Ahad (22/4) silam saya mengikuti acara yang menarik yaitu Edu Talk dan Bedah Buku Gurunya Manusia di Aula Kahuripan Kampus C Unair.
Acara tersebut digagas oleh Jama’ah Masjid Nuruzzaman UKMKI
Universitas Airlangga yang diperuntukkan seluruh mahasiswa dan kalangan Umum
dengan tujuan mengajak semua kalangan untuk melek
pendidikan. Pendidikan tidak hanya ditugaskan pada guru saja, namun bagi para
orang tua dan anak-anak muda yang kelak akan menjadi orang tua yang mendidik
anak-anaknya juga.
Bapak
Munif Chatib, penulis dari buku Gurunya Manusia sebagai salah satu pembicara
dalam acara tersebut. Baliau juga seorang konsultan pendidikan yang memiliki
gagasan tentang pembaruan pendidikan di Indonesia. Pembawaannya yang sangat
dekat dengan peserta membuat suasana menjadi terasa atraktif dan menarik.
Inti dari materi yang disampaikan adalah
menjadikan semua anak istimewa dan juara. Tentunya yang menjadi tokoh utama
adalah guru. Bagaimana caranya agar para guru sadar akan peranannya yang sangat
penting dan tidak menjadikan profesi guru hanya sebagai formalitas saja?. Guru harus
mampu memilih dan menjalankan strategi mengajar yang diminati oleh siswa yang
notabene memiliki kecenderungan belajar yang berbeda-beda. Guru yang tidak
berhasil biasanya adalah guru yang tidak punya komitmen untuk maju. Problem komitmen
juga akan muncul jika para guru terjebak pada zona nyaman sehingga tidak mau
lagi berkreasi. Komitmen juga memiliki sangkut paut sejauh mana seorang guru bertahan
mengajar di sebuah sekolah ketika sekolah tersebut belum mampu memberikan
kesejahteraan kepadanya.
Pak
munif juga mengatakan “Setiap anak adalah
bintang”, kalimat tersebut saya tangkap bahwasanya setiap anak sebenarnya
tidak memiliki potensi untuk bodoh di kelasnya. Tinggal bagaimana sang guru
membuat semua siswa menonjol di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar